Rabu, 02 Maret 2011

CATATAN LEBARAN ALA BLITAR




Lebaran kali ini sungguh banyak makna yang bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk ke depannya. Terutama di kota Blitar ini. Berikut laporannya : 



1. Setengah jam sebelum sholat Ied di alun-alun kota Blitar. Sepanjang perjalanan ke sana, aku melihat di pinggir trotoar banyak sekali terdapat pengemis berjejer, menanti uluran uang koin ato sekedarnya dari para masyarakat Blitar yang datang berduyun-duyun untuk sholat Ied di alun-alun. Seperti sudah direncanakan mereka berjejer seperti itu karena aku memang melihat ada koordinator yang mengaturnya. Miris juga ya. Idul Fitri memang setiap tahunnya dijadikan sebagai ajang yang paling laris bagi mereka untuk meminta-minta. 

2. Memasuki alun-alun sebelah timur, sudah banyak masyarakat yang mendirikan shaf di depan. Tapi sayangnya ada yang terlewat dari pengawasan panitia, shaf bagian belakang, antara pria dan wanita tercampur baur. Biasanya yang ada di situ adalah satu keluarga yang tidak mau dipisahkan. Aku bertanya kenapa tidak di depan saja, salah seorang menjawab biar tidak repot nanti kalo pulang, gampang menemukan suami/istri dan anak saya. Wah, geleng-geleng kepala nih. Sebenarnya panitia sudah mengingatkan tapi hanya lewat pengeras suara saja, tidak terjun langsung ke lapangan. Aku jadi teringat ketika i'tikaf di masjid Abu Bakar Dieng Malang, ketika selepas sholat subuh Ustad Abu Haidar berceramah tengtang adab-adab sholat, terutama shaf sholat. Dulu jamannya Nabi ada petugas yang khusus merapikan shaf sholat. Kalo saja pas sholat Idul Fitri juga begitu, alangkah bagusnya ya. 

3. Aku sudah menggelar sajadah di shaf paling depan alun-alun, tepat pula di depan masjid Agung. Ketika itulah aku melihat sepasukan pengedar kotak amal. Biasanya mereka adalah remaja-remaja SLTP antara kelas 1 sampai 3. He he he... Jadi teringat ketika aku juga masih SLTP, aku pun melakukan hal yang sama seperti yang mereka lakukan, mengedarkan kotak amal. Setelahnya aku hanya diberi upah 2000 rupiah saja, sedikit sekali memang, tapi pengalamannya luar biasa. Berjalan di tengah-tengah shaf, menawarkan apakah ada yang mau menyumbang ato tidak, kadang diusir juga karena sudah mengganggu kerapian shaf. Ada pula temanku yang ngotot minta sumbangan sampai menimbulkan keributan dengan ibu-ibu. He he he... Lucu juga! 

4. Pulangnya aku mengambil arah jalan yang berbeda. Nah sepanjang perjalanan dari alun-alun sampai Bank BNI Blitar, aku melihat banyak sekali koran-koran bertebaran di jalan. Hmm... Inilah rejeki untuk para pengumpul koran bekas. Mereka giat dan senang sekali mengumpulkan beratus-ratus lembar koran yang berserakan di alun-alun dan jalan-jalan. Sebelumnya pun ada juga penjual asongan yang nekat berjualan di dalam alun-alun, melewati shaf-shaf yang sudah rapi. Begitu tetap saja ada yang membeli. Dasar manusia! He he he... 

5. Nah kalo sudah pulang ke rumah ini yang merepotkan. Belum sejenak beristirahat, sodara-sodara datang! Bejibun! Wuih! Orang Jawa memang seperti itu, tetangga sendiri pun juga dianggap seperti saudara. Ini dia kebiasaan dalam keluargaku, terutama nenek, setiap kali lebaran beliau suka sekali memasak soto ayam kemudian diberikan kepada tamu-tamu yang bersilaturahim. Lumayan, dapat pahala memberikan makan orang di Syawal pertama. Wah di lain hal, gak dapet angpaw lagi karena dianggap sudah dewasa ha ha ha! Menggelikan! 

6. Kalo tamu-tamu lebaran yang datang ke rumah sudah berkurang, di lebaran kedua-lah aku bersama keluargaku mengunjungi keluarga ayahku yang buanyak sekali! SATU DESA!!! Subhanallah, sebenarnya enak juga punya sodara banyak, silaturahim terus, gak terhingga, jadi panjang umur, awet muda he he he! 

Sebenarnya masih banyak sekali cerita yang lain. Tapi akan episod-episod selanjutnya yang menyenangkan! SELAMAT IDUL FITRI 1430 H, Mohon Maaf Lahir Batin buat siapapun yang membacanya. Taqobbalallahu Minna wa Minkum, Taqobbal ya Kariiim... (^_^)v

THE FAKER FACEBOOKERS




Hmm.. Aku tidak tahu istilah yang aku buat untuk judul di atas secara grammar in english sudah benar atau belum.. Yeah, intinya aku sangat merasa harus menulis artikel ini. Tentang fenomena yang terjadi di dunia maya facebook. Jejaring sosial internet yang paling banyak digunakan oleh berbagai penduduk di dunia. Sementara ketika beberapa bulan yang lalu kita semua sudah mendengar dan melihat berita mengenai penculikan gara-gara setelah berkenalan di facebook, bisnis prostitusi, dan yang semacamnya ... Kali ini fenomena lain yang muncul adalah para faker di facebook. Bingung maksudnya apa? Mari kita bahas! 



The faker facebookers, istilah ini aku temukan beberapa minggu yang lalu di beberapa account member-friendlist punya-ku. Banyak sekali ditemukan account-account palsu yang menyerupai celebritis papan atas dunia. Tapi karena kebanyakan artis jepang dan orang jepang yang aku add, alhasil yang ku temukan adalah faker-faker dari artis jepang itu sendiri. Mereka membuat account dengan email mereka sendiri, bahkan ada juga yang membuat account palsu dengan bajakan software tertentu. Of course, pekerjaan membuat account palsu ini dilakukan oleh hacker, atau cracker yang memang ingin merusak tatanan dunia maya. Nah! Yang aku perhatikan dari masalah ini adalah mereka tidak membuat account facebook-nya dengan isi profil mereka sendiri alias data diri palsu. Seperti yang ku temukan dalam kasus artis jepang terbitan Johnny's Entertainment, Kamenashi Kazuya. Dari hasil pantauan-ku, si Kame ini mengaku dirinya adalah Kame yang asli. Tapi dia sangat tidak bisa berbahasa inggris dengan baik. Hey! Artis JE gak mungkin segoblok itu. Kebetulan aku memiliki seorang teman penggemar Kame. Dia merasa sangat ditipu oleh si Kame palsu ini karena gambar-gambar Kame editannya sendiri "dicuri" oleh si Kame palsu. Hmm.. Lumayan heboh juga kasus Kame palsu untuk beberapa minggu ini. 



Aku sendiri saja heran, buat apa dia melakukan hal itu? Hanya untuk mencari sensasi saja? Tapi aku melihat kembali pada diriku sendiri. Aku hanya memakai nama panggilan Emse dan nama pertama seorang hacker di Dorama Jepang - Bloody Monday, Fujimaru. Aku memakai account asli dari emailku sendiri. Aku mengisi biodata profil dengan kondisiku saat ini. Aku memposting dengan segala sesuatu yang ku pikirkan dan ku rasakan sendiri. Hmm.. Aku rasa tidak ada yang palsu. Lalu kenapa para faker itu membuat account dan profil palsu seolah-olah mereka adalah artis yang sebenarnya? 

Inilah masalah sosial dan psikologis yang diderita kebanyakan orang jaman sekarang. Bahkan termasuk aku sendiri, tapi aku cukup jujur untuk tidak membuat account palsu. Teringat kata-kata seorang teman ikhwan, anak-anak muda jaman sekarang lebih suka menghabiskan waktunya di depan komputer berjam-jam hanya untuk berinternet ria, ato melakukan kontak dan aktivitas dengan dunia maya dengan cara yang sangat tidak positif. Semua dilakukan dalam porsi yang melebihi batas kewajaran, sehingga kebanyakan melupakan kewajibannya terhadap pekerjaan, rumah, suami/istri, anak-anak, bahkan ibadah mereka sendiri. Proses ini juga menyebabkan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya menjadi terabaikan. 

(Zziiiiigg! Perkataan dari teman ikhwan tersebut benar-benar sangat membuatku merana. Betapa sangat mengena untuk kondisi-ku saat ini. Terima kasih kawan, sudah mengingatkan kembali.) 
Itu dari sisi sosial, lalu bagaimana dari sisi psikologis? Ketergantungan pada dunia maya yang mendalam, mengakibatkan terkikisnya kejujuran dan kepercayaan diri yang terlalu berlebihan. Kenapa harus menjadi faker di dunia maya? Kenapa tidak menjadi diri sendiri saja? Apa merasa malu menjadi diri sendiri? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin saja menyisakan berbagai macam jawaban. Semua yang menjadi faker punya alasan tertentu untuk melakukannya. Dan aku tidak tahu pasti. Semoga saja mereka punya alasan yang bagus. 

Nah! Para faker yang terhormat, berbanggalah pada diri kalian sendiri, jangan memalsukan profil, karena kalian akan kehilangan jati diri dan potensi positif yang dimiliki ... (^_^)v

Selasa, 01 Maret 2011

JANGAN MEREMEHKAN HAL-HAL KECIL



-New Quantum Tarbiyah-




"Yang besar bukanlah dimulai dari yang besar, namun dimulai oleh hal-hal kecil yang dilakukan dengan kesungguhan dan cinta. Cinta itulah ruh perubahan, cinta itulah yang menghilangkan segala rasa sakit." 

Sering kali hal-hal yang dianggap kecil berakibat penyesalan besar bila diremehkan. Seperti kisah seorang anak kecil berlari dengan tergesa-gesa menuju ibunya lalu berkata, "Bu, apa nama lubang yang ada di depan rumah kita?" 

Ibunya menjawab, "Ibu sedang sibuk masak. Pergilah ke ayahmu!" 

Anak itu pun berlari menuju ayahnya dan menanyakan hal serupa, "Ayah, apa nama lubang di depan rumah kita?" 

Ayahnya menjawab, "Ayah sedang membaca koran. Pergilah ke kakakmu!" 

Kemudian anak itu berlari ke arah kakaknya dan menanyakan hal serupa, "Kak, apa nama lubang di depan rumah kita?" 

Sang kakak menjawab, "Namanya sumur." 

Anak kecil itu lalu berkata, "Kak, cepatlah pergi ke lubang itu. Adik kita jatuh ke dalam lubang itu, Kak!" 

Lalu bagaimana dengan kita? Apa masih suka meremehkan hal-hal yang kecil? Seperti yang dikatakan seorang teman baik saya, "Suatu perbuatan buruk yang berdosa besar bisa dihindari manusia, karena dosa tersebut kelihatan. Tapi kalo perbuatan buruk yang berdosa kecil, itu yang paling susah diketahui dan dihindari oleh manusia lantaran tidak kelihatan. Kenapa bisa begitu? Manusia adalah makhluk yang banyak lupa-nya, sering meremehkan hal-hal kecil, daya penglihatan terbatas karena tidak ditunjang dengan akal, pendengaran, dan hatinya untuk merasa."

Benar juga kawan, yang kecil-kecil itu tidak terlihat dan terasa, jadi gampang teralihkan. Masalah sepele memang tidak boleh diremehkan begitu saja, tapi juga tidak perlu dibesar-besarkan agar tidak menjadi bencana antar sesama manusia. 

[Generasi Manusia Indigo]
^_^

DULUAN MANA ANTARA CINTA DAN PENGORBANAN?

-Republik Genthonesia by Mbah Dipo-

 

Ini agak susah. Kebanyakan menganut paham cinta dulu baru mau berkorban. Tapi kalo mau sedikit berpikir dan merenung, sebenarnya yang bener adalah sebaliknya.

Satu misal, sampeyan nabung duit susah payah buat beli sepatu baru. Tiap hari nahan seneng, biar duit cepet kumpul. Kalo yang lain puasa senen-kemis, sampeyan malah makannya yang senen-kemis. Sampe akhirnya bisa beli sepatu kinclong bermerek. Lha kok pas mampir sholat, sepatu sampeyan bablas angine digondol maling, tentu bisa dibayangkan betapa sangat kecewanya sampeyan ini, karena sudah berkorban banyak buat sepatu itu.

Perasaan itu tak akan sama jika sepatu tersebut didapat dari hadiah karena beli HP. Hilang pun tak begitu kecewa, karena pengorbanan buat sepatu tersebut kurang.

Maka jika suatu rumah tangga dibangun dengan sama-sama berkorban baik suami maupun istri, maka semakin tua usia pernikahannya, sang suami akan makin cinta pada istri dan demikian juga sebaliknya. Meskipun sudah sama-sama peyot dan peyok. Tadinya ireng manis, begitu tuwek, ilang manisnya tinggal irengnya.

Nabi Ibrahim A.S. digelari Khalilullah alias Kekasih Allah, setelah beliau banyak melakukan pengorbanan demi menjalankan perintah Allah SWT. Kasih dan cinta datang seiring dengan banyaknya pengorbanan. Maka cinta pada pandangan pertama adalah tipuan. Lebih tepat adalah ketertarikan pada pandangan pertama. Kalo cinta belum.
Lha kalo baru ketemu gabrus lalu menyatakan cinta, genah gombal mukiyo. Tentu saja ngomong cinta, lha wong yang ditemui denok deblong kinyis-kinyis. Coba kalo yang ditemui model Limbuk Cangik (tokoh perempuan dalam pewayangan yang digambarkan mempunyai wajah jelek). Rumah tangga yang dibangun hanya karena ketertarikan pada kecantikan, penampilan luar, paras molek, putih, maka tak akan berumur lama. Dia hanya akan berumur selama rasa bosan belum datang, atau selama belum ada yang lebih molek dan lebih menarik hati.
Monggo sak kersane ngomel-ngomel alias komen, buat yang pernah jatuh cinta pada pandangan pertama, termasuk saya. He he he~ Piss dah! (^_^)v